SEJARAH PERJUANGAN DAN KELAHIRAN PGRI
- Situasi Pemerintah Kabinet Republik Indonesia I , II, -1945
Bentuk pemerintahan adalah kabinet Presidentil, dipimpin
langsung oleh Presiden Soekarno. Di masa ini Jepang masih berkuasa dan para
pemuda mengadakan perlawanan d iberbagai daerah. Kabinet ini tidak bertahan
lama diganti cabinet Parlementer, dipimpin tokoh-tokoh masyumi, partai social
dan tokoh-tokoh yang tidak berpartai.
Tanggal 4 September 1945 di lapangan Ikada Jakarta diadakan
rapat raksasa menyambut proklamasi. Kemudian BKR menurunkan bendera Jepang dan
menggantikannya dengan bendera merah putih di Surabaya. Pada 14 Oktober 1945
pasukan Jepang Kideo Butai di Semarang berontak dan mengadakan terror. Kemudian
disusul pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara sekutu diserang di Surabaya
diikuti oleh tentara NICA-Belanda, mendapat perlawanan gigih yang dipimpin Bung
Tomo.
- Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945
1.
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan titik
perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita nasionalnya. Semangat
proklamsasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan kongres PGRI I di Surakarta
tanggal 23-25 November 1945 di gedung Sonoharsono (SMPN 3 Surakarta). Dari
kongres itu lahirlah PGRI yangb merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap
guru seluruh Indonesia.
2.
Organisasi PGRI
bersifat:
a.
Unitaristik, b. Independen, c. Non partai politik
Tujuan PGRI untuk mengisi kemerdekaan: 1. Mempertahankan dan
menyempurnakan RI, 2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai
dengan dasar-dasar kerakyatan, 3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru
pada khususnya.
- Pertumbuhan Organisasi PGRI
Dalam masa kelahiran pelaksanaan kongres I menghasilkan
susunan pengurus besar PGRI namun selam beberapa bulan terjadi pengunduran diri
ketua 1 yaitu Rh. Koesnan, karena diangkat menjadi pamong praja mangku negara
Surakarta.
Sesudah kongres I PGRI mulai menyusun organisasinya dan
meluaskan pengaruhnya ke segenap penjuru tanah air. Namun ganguan jalannya
organisasi tetap ada dikarenakan daerah-daerah lain tidak luput dari blockade
Belanda. Pada tanggal 21-23 Desember 1946, PB PGRI mengadakan kongres II di Surakarta.
Setelah dibentuk kepengurusan selang beberapa bulan Rh. Koesnan mengundurkan
diri dikarenakan diangkat menjadi menteri perburuhan dan social dalam kabinet
Moh. Hatta.
Pada reseosi siding kongres II, ketua 1 Rh. Koesnan dalam
pidatonya me untut kepada pemerintahan antara lain:
1.
Sistem pendidikan selekasnya didasarkan pada
kepentingan social.
2.
Gaji guru supaya tidak terhenti di dalam satu kolona.
3.
Diadakannya UU pokok pendidikan dan UU pokok
perburuhan.
Hasi tuntutan PGRI oleh pemerintah diperhatikan, buktinya Rh.
Koesnan diangkat menjadi panitia gaji pemerintah dan departemen keuangan,
kemudian Rh. Koesnan dan A. Zahri diangkat menjadi anggota KNIP-Pleno.
- Periode Tahun 1945-1950
Pada tahun ini perjuangan PGRI dititik beratkan melawan
NICA-Belanda guna menyelamatkan perang kemerdekaan. Dalam usaha meningkatkan
pendidikan dimulai dengan peralihan pendidikan yang bersifat kolonial ke pendidikan nasional.pada tahun 1948 PGRI
mulai menerbitkan majalah GURU SASANA, yang kemudian diganti majalah SUARA GURU
sampai sekarang. Dalam hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 dirintis
menjalin kerjasama/ hubungan dengan National Education Association (NEA). PGRI
juga mendapat undangan kongres WCOT P (World Confideration of Organization of
the Teaching Profession) yang kedua di
London pada bulan Juli 1948.
Akhirnya Belanda mulai tanggal 1 Januari 1950 mengakui
kedaulatan RI dan sejak itulah organisasi PGRI mulai ditata kembali
organisasinya. Persatuan Guru Indonesia (PGI) di Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur dapat disatukan bergabung dengan PGRI. Pada tahun
1950 terjadi 2 kongres PGRI yaitu kongres IV di Yogyakarta (Februari 1950) dan
yang kedua kongres V (Desember 1950) di Bandung dalam usaha penataan kembali
organisasi. Tahun 1950 merupakan tahun persatuan karena akhirnya kongres itu
membuat suatu “maklumat persatuan”.
- Periode Tahun 1950-1959
Tahun 1950-1959 merupakan tahun perkembangan organisasi PGRI
pada segi kemerdekaan dalam perjuangan dengan hasil yang memuaskan. Mulanya
PGRI sebagai Serikat Sekerja (SB/ SS) masuk ke dalam anggota SOBSI (Serikat
Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). Dan pada tanggal 20 September 1948 PGRI
menyatakan mengundurkan diri karena PGRI dasarnya non parpol dan berdasar
Pancasila. Dan setelah itu Pgri masuk Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GBSI)
yang pada waktu itu merupakan saingan SOBSI.
Di tahun 1950-1959 PGRI mengalami masa Demokrasi Liberal dan
pelaksanaan kongres PGRI VI berlangsung tanggal 26-28 Februari 1950 di Yogyakarta
sebagai ibukota RI. Dalam kongres ini dihadiri 15.000 anggota dari 76 cabang,
sedangkan untuk kongres PGRI V di Bandung pada Desember 1950, PGRI telah
memiliki 301 cabang dan 39.000 anggota.
- Kongres PGRI VI di Malang (24-30 November 1952)
Kongres di Malang tercatat 483 cabang dengan jumlah
anggota 75.149 orang. Pada kali ini mereka membahas masalah konsolidasi
organisasi, perburuhan dan pendidikan. Dalam kongres PGRI VI di Malang tercipta
Mars PGRI oleh Basuki Endropranoto. Isi lagu ini mendorong kaum guru semuanya,
membangun rakyat dari kegelapan, sebagai penyuluh dan pembimbing bangsa, insyaf
akan kewajibannya, mendidik dan mengajar para putra-putri bangsa, membangun
jiwa sebagai kekuatan Negara.
- Kongres PGRI VII di Semarang (24 November-1 Desember 1954)
Pelaksanaan kongres PGRI di Semarang yang hadir
melebihi pada waktu kongres VI di Malang. Kongres ini dihadiri 639 orang utusan
dari 351 cabang mewakili 1581 suara dalam organisasi. Kongres di Semarang ini
juga pertama kali didatangi oleh tamu utusan dari organisasi:
-
Maria Marchant
-
Fan Chang dan Shen Pei Yung
-
Marcelino Bautista
-
Jung Singh
- Hubungan PGRI dengan Organisasi Pendidikan
Tanggal 27 Maret 1955 di Yogyakarta, PB PGRI Jakarta
mengirimkan wakilnya menghadiri diskusi “Demoralisasi dan Pelajar”.
Dan dalam kongres Himpunan Mahasiswa B-I/ B-II yang
diadakan tanggal 16-18 April 1956 di Surakarta, utusan PB telah berhasil
meyakinkan kongres dalam memperkuat tuntutan PGRI.
Kongres VI SPS ( Serikat Pengusaha Surat kabar) pada
Juli 1956 di Malang, mengundang PGRI untuk membahas masalah lektur porno.
Kongres menerima usul PGRI, tentang pengaruh buruk film, iklan porno terhadap masyarakat.
- Periode Tahun 1959-1962
Pada tahun itu PGRI masih merupakan tahun pemekaran, akan
tetapi sudah mulai dibayangi oleh momok “perpisahan” sebagai akibat pengaruh
golongan-golongan politik dari luar. Pada waktu itu tidak dapat dielakan lagi,
bahwa keanggotaan PGRI terdiri dari orang-orang yang mengikuti aliran
politikdiluar PGRI. Misalnya, menjadi anggota PNI, NU, dan PKI. Memang kita
menyadari bahwa antara tahun 1950-1959 usaha-usah dan perjuangan PGRI
benar-benar dapat disaksikan dan dirasakan secara menonjol manfaatnya oleh
guru-guru anggotanya dan masyarakat umumnya. Organisasi guru-guru, benar-benar
dinilai tinggi dan diperhitungakan, kadang-kadang secara politik.
Demikian pula berkembangnya sekolah-sekolah PGRI di
daerah-daerah yang kebanyakan akhirnya beralih menjadi sekolah negri terutama
SMP-SMP di daerah.
- Periode Tahun 1962-1965
1.
Kasak-kusuk PKI
Sebenarnya kegiatan PGRI sampai dengan tahun 1962 sudah
tampak kemajuan dan usaha serta perjuangannya dalam meningkatkan pendidikan dan
kesejahteraan pada PGRI. Namun, situasinya tetap bagus karena ada campur tangan
dari luar masuk ke tubuh PGRI. Sejak tahun 1953 sudah tampak PKI mulai
mengadakan kasak-kusuk di dalam tubuh PGRI termasuk sejak pencalonan Soedjono
sebagai ketua umum PGRI dan sementara golongan politik, terutama dari golongan
komunis. Kegiatan mereka tampak pada waktu diadakannya pendidikan kader PGRI,
selalu berusaha untyk memperkuat posisinya melalui rencana perubahan struktur
organisasi.
2.
PGRI non vaksentral/ PK lahir
Periode tahun 1962-1965 merupakan masa yang pahit bagi
PGRI. Dalam masa ini terjadi perpisahan di dalam tubuh PGRI bukan untuk
kepentingan profesi guru melainkan adanya ambisi politik dari luar.
Perpecahan ini bersifat prinsip bagi dunia pendidikan,
karena lebih jauh lagi menyangkut keselamatan kita-kita proklamasi NKRI 17
Agustus 1945, serta generasi baru yaitu:
-
menimbulkan perpecahan diantara guru-guru.
-
Mengancam keselamatan pancasila dan proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945.
-
Menyelenggarakan “Hari Krida” tiap hari sabtu.
- Periode Tahun 1966-1972
Periode masa ini merupakan perjuangan menegakkan Orba, masa
konsolidasi dan penataan kembali organisasi, pengalaman, dsb. Hal ini dapat
ditempuh dengan kaderisasi dan menyesuaikan misi organisasi secara tegas dan
tepat dalam scope progam “strategi” pembangunan secara integral bertahap. Yang
dimaksud dengan misi PGRI, yaitu:
- ideologi pancasila
- persatuan dan kesatuan
- profesionalisme
- kesejahteraan
- pelayanan dan pengabdian
- PGRI Menghadapi Ekspansi dan Rongrongan
1.
PKI Mempersiapkan Kelompok-Kelompok dan Gerakan G 30 S/
PKI
2.
Kesaktian Pancasila dan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura)
a.
Kesaktian Pancasila
b.
Tritura
Pada tanggal 25 Oktober 1965 Universitas Indonesia
menjadi “markas besar” dan dibentuklah kesatuan aksi mahasiswa yaitu, pusat
kekuatan atau kegiatan mahasiswa.
Dan pada tanggal 10 Januari 1966 berkumpulah ribuan
mahasiswa di depan Universitas Indonesia mengadakan rapat umum di bawah
panji-panji KAMI. Mereka mengumandangkan “Tritura”, bunyinya:
a.
Bubarkan PKI
b.
Retool cabinet
Dwikora
c.
Turunkan harga
sandang pangan
Pada tanggal 24 Februari 1966 kbinet Dwikora yang
dilantik oleh presiden, mendapat tanggapan demonstrasi dari mahasiswa, untuk
memboikot pelantikan menteri-menterikabinet baru. Demonstrasi itu mendapat
tanggapan sengit. Hingga akhirnya mahasiswa Universitas Indonesia, Arif Rahman
gugur sebagai pahlawan Ampera.
Tanggal 4 Maret 1966 para mahasiswa membentuk resimen
Arif Rahmat guna melanjutkan cita-cita KAMI. Dibentuk pula KAPPI, yang terjun
ke jalan-jalan melanjutkan perjuangan KAMI.
3.
Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966
Kewibawaan Presiden Soekarno sudah sangat merosot
semenjak presiden tidak mau bertindak terhadap PKI. Tanggal 11 Maret 1966
diadakan siding kabinet Dwikora yang akan disempurnakan.
Setelah selesai sidang kabinet tanggal 1 Maret 1966
ditutup 3 perwira tinggi. Setelah berunding dan minta ijin dari Letjen Soeharno,
mereka menyusul presiden ke istana Bogor.
Di istana Bogor ketiga perwira tinggi diterima oleh
Bung Karno. Dalam pertemuan itu ketiganya mengusulkan agar Angkatan Darat di
bawah pimpinan Letjen Soeharto diberi kepercayaan untuk mengatasi keadaan yang
tak menentu. Presiden Soekarno didampingi Dr. Subandrio, Chaerul Saleh, dan
Brigjen Sabur berunding, setelah diskusi agak lama akhirnya Bung Karno setuju
menandatangani “surat perintah”.
Dengan adanya surat perintah 11 Maret 1966, maka Letjen
Soeharto dengan tegas bertindak pada tanggal 12 Maret 1966, atas nama Presiden:
-
Membubarkan Partai Komunis Indonesia
-
Menyatakan PKI sebagai partai terlarang
4.
Usaha PGRI Menghadapi Progam Pemerintah Memberantas “
Tiga Buta”
Surat perintah 11
Maret 1966 membuka babak baru dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam masa pergolakan ini tidak sedikit guru-guru yang menjadi
korban perjuangan tegaknya keadilan dan kebenaran.
Suatu prestasi gemilang adalah terciptanya stabilitas
keamanan/ hankam dan social politik. Guru selalu tampil di medan yang paling
depan sebagai tutor, penatar, dsb. Mereka berjuang tanpa pamrih dan tanpa tanda
jasa. Sehingga guru mendapat gelar sebagai “ Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”.
Dalam memberantas 3 buta melalui kelompok belajar
(Kejar) paket A, guru-guru sebagai tutor membimbing masyarakat untuk belajar
menulis, membaca, berhitung, berbahasa Indonesia. Di samping itu mereka diberi
keterampilan menjahit, pengetahuan memasak.
Setelah progam tersebut berhasil maka pemerintah
mengadakan progam wajib belajar 9 tahun, artinya masyarakat berpindah setingkat
Sekolah Dasar , kemudian ditingkatkan lagi setara SMP (SLTP), maka muncul
progam kejar paket B.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar